Minggu, 08 Januari 2017

                   
                   SEBUAH PENANTIAN


Bulan januari ini Queensland memasuki musim panas, perjalanan ke negara Kanguru kali ini adalah dalam rangka  FAT terkait pengadaan peralatan tempat kerjaku yang sedang dilakukan refurbish, kebetulan tendernya dimenangkan oleh pabrikan asal negara Australia.
FAT sendiri secara harfiah terdiri dari tiga kata;
Factory : pabrikan
Acceptance : penerimaan
Test : pengujian
Atau jika digabung adalah pengujian penerimaan pabrikan. Hmm...maksudnya??
atau lebih mudahnya begini, secara umum FAT ialah pengujian-pengujian yang dilakukan oleh pabrikan terhadap peralatan baru, disaksikan oleh perwakilan dari pembeli / perwakilan pembeli /customer, sesuai kontrak yang telah disepakati sebelumnya. Hallahh.. ribet banget, yang penting bagi saya Australia adalah negara yang benar-benar Eksotic,
Australia adalah negara untuk semua musim. Anda dapat melakukan hampir apa pun di sini, pada setiap saat sepanjang tahun. Ada empat musim di sebagian besar negara dan musim basah dan kering di utara tropis.

Musim panas di Australia, dari Desember hingga Februari adalah waktu yang tepat untuk berada di luar ruangan. Berenang pantai Sydney atau mendaki Tasmania Overland Track.

 Maret sampai Mei musim gugur bentara Australia, musim dari api dedaunan di Canberra dan Formula 1 Grand Prix di Melbourne.

Musim dingin Australia, dari bulan Juni hingga Agustus, menawarkan ski salju di pegunungan Alpen Australia. Atau Snorkel di beriklim Great Barrier Reef atau 4WD melalui Australia Selatan Gurun Simpson.

 Spring in Australia, dari bulan September sampai November adalah waktu untuk menonton ikan paus dan bunga liar ketika Anda menjelajahi winery wilayah Margaret River di Australia Barat.

Dalam tropis Australia, musim kemarau dari bulan Mei sampai Oktober memiliki langit biru jernih dan hari-hari cerah. Ini adalah waktu untuk merasakan pasar Darwin. Yang jelas mantap, dan saya berharap mudah2an bisa merasakan salah satunya pada kesempatan kali ini.

Belum lagi kalau kita berbicara soal pendidikan, Australia menawarkan beragam pilihan studi dengan lebih dari 1.200 pilihan lembaga pendidikan dan lebih dari 22.000 pilihan jurusan bagi siswa internasional.

 Universitas Australia sudah terkenal akan reputasi, standar, kualitas pendidikannya didunia international. Bahkan 8 universitas Australia mempunyai ranking dalam 100 top universitas dunia. Universitas ini terkenal dengan nama Group of Eight (Go8).
 Go8  adalah aliansi universitas terkemuka Australia dan terkenal  mempunyai reputasi standar pendidikan yang tinggi.

"Good morning Surjat, How are you?"
Suara sapaan itu tiba2 membuyarkan lamunanku, ketika menoleh, Evelyn, sosok yang memang kenal akrab denganku,  manager marketing dari pabrikan pemenang tender, sudah mengambil tempat duduk di kursi sebelahku.
Pagi ini sebelum memulai aktifitas aku menghabiskan waktu di salah satu cafe di Montague road yang terletak dekat dengan Brisbane river.
"I am fine, and you?"
Jawabku sambil menghisap sebatang rokok yang sengaja aku bawa dari Indonesia.
"  fine, waohh... gak nyangka ya akhirnya kamu bisa juga datang ke sini dengan selamat"
Jawab Evelyn yg memilih mengubah bahasanya ke dalam bahasa Indonesia supaya lebih akrab lagi, ato mungkin karena dia tahu bahasa inggris saya bulepotan, Nilai Toefl nggak jangkep 500, Ngapalin regular verb sama irreguler verb aja kadang belum bener. Untung da bawaan dari orok punya sifat PD yang overdosis, jadi enjoy aja, toh dulu juga Prof Rhenald Khasali dan Prof Yohannes Surya waktu mendaftar program masternya ke kampus Amrik sono modal bahasa inggrisnya bisa dibilang pas-pas an.

"Yup, dan semoga tetap selamat hingga kembali lagi ke negaraku" jawabku.

sebenarnya kalau diingat-ingat ucapan Evelyn barusan bukan tanpa alasan, sebab setahun yang lalu aku juga sempat ke Australia, akan tetapi ketika sarapan di sebuah restoran, tiba - tiba ada musibah yang tidak akan pernah aku lupakan sepanjang perjalanan hidupku, sebuah Bom meledak dengan dahsyat, efek dari bom tersebut beberapa mayat terlihat bergelimpangan, bau amis darah mengalir membanjiri berbagai penjuru lantai, aku sendiri juga tidak luput dari musibah tersebut, tubuhku  sempat terpental, lengan kiriku berdarah akibat serpihan kaca.
Saat itu aku merasa ini adalah akhir dari perjalanan hidupku.
 Namun ternyata Tuhan berkata lain, dengan kuasaNya Dia menyelamatkanku melalui tangan seorang cewek cantik berjilbab,  seorang pelayan restoran yang selamat dari ledakan, dengan sigap dia periksa satu persatu mayat yang terbujur dilantai, dan ketika melihat aku masih bernafas, dengan cekatan dia melakukan pertolongan pertama pada keadaan gawat darurat, sungguh tak kusangkah dia sangat terampil dan benar-benar terlatih, ia hentikan pendarahanku dengan sapu tangan berwarna pink yang dia keluarkan dari sakunya, dan dengan lantang berseru..
"Help me please...!!!, Help me please...!!!" , Help me please....!!!

Aku benar-benar kagum dengan keberanian cewek satu ini, disaat semua orang berhamburan lari untuk menyelamatkan diri, justru dia lebih memilih mengambil resiko yang bisa jadi sangat membahayakan nyawanya..
Namun setelah itu...., semuanya terasa gelap, karena aku sudah tak sadarkan diri, dan saat bangun tahu-tahu sudah berada di sebuah kamar rumah sakit.

" Hei Surjat, kamu pesen sarapan apa?" ,

"Up to you lah Evelyn, yang penting Halal.." jawabku sekenanya ketika ditanya soal sarapan pagi.

" Do you know Surjat, in your country rata-rata cowok udah maried saat berusia lebih dari 30 years old, mengapa you masih single?"

Pertanyaan Evelyn dengan logat seperti artis Cinta Laura itu benar-benar ibarat orang mengendarai sepeda motor trus tiba-tiba belok tanpa menyalakan lampu sein, bikin orang yang disampingnya gelagapan.

"Aku dengar kemarin seorang Dokter cantik ada yang naksir kamu ya Surjat?, tapi kamu cuek, terus.. aku denger juga anak salah satu komisaris di tempat kerja kamu juga ada yang naksir, tapi kamu juga cuek, teruus..."


"Cukup cukup... Please..!, ucapan kamu lebih baik diirit sedikit yaa please...!, buat nanti presentasi produk kamu, belum tentu lho aku langsung bisa menerimanya, sebagai orang yang mewakili perusahaan, aku bisa aja gak setuju, hehe..."
Jawabku ngledek Evelyn ketika pempicaraannya sudah masuk ranah pribadi yang sensitif.

Entahlah setiap kali ditanya soal rencana pernikahan aku selalu bingung menjawabnya, sebab dengan posisiku sebagai manager di salah satu perusahaan pertambangan terbesar di negaraku dalam usia yang relatif muda, tentunya mudah bagiku untuk bisa mendapatkan jodoh. Memang benar apa yang dikatakan Evelyn barusan, belakangan memang ada dua cewek cantik yg berusaha mendekatiku, tapi entahlah gak ada satupun dari mereka yang bisa bikin aku sreg,  so.. Status saya pun sampai saat ini masih tetep  saja "Joker, alias Joko keren".

Sejauh ini aku masih tetap positif thinking, mungkin Tuhan menyiapkan jodoh yang terbaik buatku.
Tapi.... Kadang juga tidak bisa dipungkiri, dalam hati selalu dihantui rasa ketakutan, mungkinkah ini sebuah kutukan?
Ya, kutukan...!!!
Kutukan dari sebuah sumpah yang pernah aku ucapkan dimasa laluku.


**
Lima belas tahun yang lalu nun jauh di pedalaman kampung di daerah pulau Jawa tepatnya di kabupaten Lamongan, bahkan sampai sekarang lokasi tersebut belum muncul saat diliat di google street view, Surjat  menjalani masa- masa remajanya. Dia merupakan anak dari keluarga terpandang di kampungnya, orang tuanya memiliki puluhan tambak udang dan tambak ikan bandeng, meski dia dibesarkan dalam lingkungan " pertambak an" hal itu sama sekali tidak membuatnya tertarik dengan dunia perikanan yang digeluti orang tuanya, selalu ada saja alasan yang ia kemukakan ketika orang tuanya mengarahkan agar sesekali ia mau  mempelajari dunia perikanan.

Bagi orang tuanya dia adalah anak tunggal dari keluarga tersebut, yang tentunya sangat digadang-gadang untuk bisa melanjutkan usaha keluarga. Namun dia justru lebih tertarik menikmati kegemarannya bermain sepakbola dan hal-hal yang berbau engineering.

Dia tercatat sebagai siswa kelas 3 Sekolah SMA Negeri yang Terdapat di kabupaten tempat tinggalnya, dan  termasuk siswa yang pandai dan berprestasi, hampir setiap pembagian raport dia selalu masuk rangking dua, paling apes-apesnya dia rangking tiga, satu hal yang membuat dia selama ini penasaran adalah dia tidak pernah sekalipun bisa mengungguli prestasi cewek cantik yg satu kelas dengannya, namanya Chasna yang sejak awal masuk hingga karatan
selalu nangkring diurutan pertama tanpa tergeser sekalipun.

Bagi Surjat, Chasna merupakan sosok cewek alim dan pendiam, saking pendiemnya hampir di sekolah ia tidak memiliki teman yang bisa dikatakan sangat akrab dengannya, ia dikaruniai wajah yang sangat cantik,  jika ingin membayangkan bagaimana kira - kira seumpama artis korea Kim Tae Hee yang seksi itu memakai jilbab, tinggal sore hari pergi ke Mushola berukuran kecil di bantaran sungai bengawan Solo yang masuk kecamatan Glagah, kemudian melihat Chasna dengan jilbabnya yang anggun mengajar anak-anak kecil di kampungnya belajar mengaji. Wajahnya yang cantik dan teduh pasti bikin ati adem.

Dia hanya tinggal berdua dengan neneknya, prestasi terbaik ia  terlambat masuk sekolah dalam satu bulan adalah 4 hari, karena dalam sebulan rata - rata ia terlambat masuk kelas entah itu 5 menit ato 10 menit sebanyak sebelas sampai duabelas hari. Suatu kondisi yang unik untuk ukuran cewek yang selalu dapat ranking nomor satu. Hal ini dikarenakan waktu pagi selepas sholat shubuh dia membantu neneknya berjualan gethuk lindri, pastel dan jajanan pasar lainnya di sebuah pasar berada di kecamatan Karangbinangun. Belum lagi untuk transportasi sehari hari ke sekolah ia selalu naik Angkutan Desa, yang mana kalo penumpangnya belum penuh jalannya lambat seperti siput. Jangan pernah sekali- kali mencoba menjadi pahlawan dengan menawarkan diri mengantar atau memberi tebengan, karena hal itu hanya akan membuat kecewa, sebab sejak kelas satu sampai kelas tiga, tiap kali Surjat menawarkan untuk berangkat barsama-sama hanya mendapat senyum manis penolakan yang semakin bikin kecil hati.

Dua minggu menjelang Ujian Akhir Nasional, nenek Chasna meninggal dunia, Hal ini membuat ia sangat terpukul, karena sang nenek adalah satu satunya keluarga yang tersisa, begitu besar rasa kehilangan yang ia rasakan hingga menyebabkan ia jatuh sakit dan tidak masuk sekolah selama hampir dua minggu. Selama sakit Surjatlah yang merawat dan secara rutin mengirim makanan buatnya, karena kampung mereka berdekatan. Untungnya saat ujian Akhir Nasional ia masih bisa mengikutinya.

Saat hari kelulusan tiba, lagi-lagi ia menempati rangking pertama di sekolahnya, ini merupakan hari terakhir ia berada di sekolah yang dicintainya, dan juga merupakan hari terakhir ia tinggal berada di kampung halamannya, tempat yang baginya  penuh dengan kenangan baik suka maupun duka. Kemarin sore ia sudah berpamitan kepada adik adik yang biasa belajar membaca Alqur'an, kalo besok dia akan pindah, ia bertekad Hijrah ke Bandung untuk melanjutkan kuliah di ITB. Toh disini pun ia sudah tidak memiliki keluarga lagi.

Hari terakhir waktu pulang sekolah ia menghampiri Surjat, dengan senyum ceria dan suara yang lembut ia berkata,
"Hei Nelson, siang ini boleh nggak aku nebeng pulang?"

"boleh..silakan..." jawab Surjat.

"Oh ya, uda maem belum?"

"Sssudah..." jawab Surjat
 seakan2 tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Cewek pendiem yang biasanya gak ada suaranya tiba-tiba perhatian seperti itu.

" kalo gitu, kita pulang yukk.." jawab Chasna.

" siap putri Atresia.." jawaban Surjat membuat Chasna tersenyum manis.

" beneran nih kamu da mantap meninggalkan Lamongan?" tanya Surjat disela-sela perjalanan, ia sengaja mengatur kecepatan motornya agar enak untuk ngobrol.

"Iyuups...," jawab Chasna.

" memangnya apa yg ingin kamu raih di Bandung sana?, bukankah surabaya lebih dekat, disana juga banyak tempat pendidikan "

" ada deh..." jawab Chasna sambil tersenyum, " yang jelas aku ingin menempuh pendidikan setinggi-tingginya, kalo kamu?"

" kalo gitu sama, aku juga ingin meraih pendidikan yang setinggi-tingginya" jawab Surjat.

" ihh.. Jawaban kok ikut2an, gak punya pendirian, paling banter abis ini kamu langsung nikah" ledek Chasna.

" Demi Allah aku bersumpah....!!! Aku tidak akan menikah kecuali dengan kamu, atau setelah tahu kamu dah menikah lebih duluan...!!!"

Ciiiiiiiitttttt ....!!! Suara rem sepeda yang ditarik dengan kencang membuat motor Surjat terhenti dan nyaris jatuh. Untungnya dia sigap mengatasi keadaan, sebab hampir saja dia menabrak anak kecil yang tiba-tiba menyebrang.

" huzzzz...., kamu kalau bicara jangan bawa- bawa nama Tuhan dunk, berat lho pertanggung jawabannya..!" jawab Chasna dengan wajah agak shock karena hampir jatuh.


"Lha gimana lagi, aku sih inginnya gitu.." jawab Surjat polos,
"Trus jawaban dari kamu apa? aku kan sudah terlanjur berucap, makanya aku ingin minimal kamu ngasih kepastian , kalau kamu setuju menanti kamu bilang iya, seumpama malu ngucapinnya kamu bisa pencet klakson motorku saja, tapi.. kalo kamu tidak.."

" kalo aku tidak setuju, aku akan turun dan naik angkutan desa" sergah Chasna dengan tegas.

" baiklah... " jawab Surjat dengan nada sedikit kuatir.

Lama tidak ada jawaban, suasana pun berubah menjadi hening, perlahan-lahan Chasna turun dari motor, Surjat jadi salah tinggah, ia tdk sanggup menyaksikan momen itu, ia pun memejamkan matanya, ia yakin Chasna akan memilih naik angkutan desa, dalam hatinya terbesit penyesalan kenapa ia bertanya seperti itu, suasana yang tadinya ceria tiba tiba berubah mencekam baginya,
lama suasana tetap hening...., mungkin Chasna sudah berlalu.

"Tiiiiiiiinnnnnnnnnn...."

suara klakson motor Surjat berbunyi, perlahan ia buka matanya, dihadapannya terlihat cewek cantik  tersenyum manis berkata.

" lain kali kalo berbicara lebih hati hati ya mr Nelson, bisa bisa kamu nanti jadi perjaka tua lho"
Mereka berdua pun tersenyum, kemudian melanjutkan perjalanan pulang.

**



"Chasnaaa....!!!"
Surjat tertegun, karena Evelyn tiba-tiba berteriak memanggil nama cewek yang sedang dipikirkannya, apa mungkin ia memiliki kemampuan membaca pikiran orang, namun setelah melihat keadaan disekitarnya ia baru sadar, Evelyn tidak sedang berbicara dengannya.  Sebuah kebakaran terjadi pada bangunan di Montague road tepat di seberang jalan di depan cafe ia sarapan.
Dalam kobaran api yang mulai menjalar tinggi orang2 panik dan berhamburan keluar menyelamatkan diri, akan tetapi seorang cewek cantik yang memakai jilbab berusaha menerobos masuk untuk menyelamatkan anak kecil,
" Help me please..., Help me please.., help me please..."
Teriak cewek cantik tersebut sambil menggedong anak kecil berusaha melewati kobaran api. suaranya benar-benar mengagetkan Surjat,  karena suara itu benar2 terasa familiar.

" kamu kenal cewek berjilbab itu Evelyn?"  tanya Surjat saat mendekati Evelyn

" ya, dia Atresia Chasna Lembayun, mahasiswa Doktoral univercity of Queensland jurusan Information Technology and electrical Engineering, dulu study masternya juga di universitas yang sama, terkadang dia kerja part time di restauran untuk tambahan biaya kuliah, ia pernah menjalin kerja sama dengan perusahaan kami ketika menjalani study Masternya bersama profesor pembimbingnya melakukan research tentang  Systems & Software Engineering. "

Surjat terbelalak, sungguh ia tidak menyangka wanita cantik yang pernah menyelamatkan hidupnya dulu adalah orang yang selama ini ia cari, saat terjadi musibah bom mungkin  tidak terlintas dalam pikirannya kalau yang menyelamatkan nya adalah Chasna, tapi dalam keadaan sadar seperti ini ia sangat yakin sekali wajah itu tidak asing lagi baginya.
Ternyata ia benar2 memuwujudkan cita-citanya untuk bisa menempuh pendidikan setinggi-tingginya, apalagi univercity of Queensland adalah salah satu universitas terbaik dunia yang masuk Group of Eight (Go8).

" kamu tahu Evelyn, dialah wanita yang menyelamatkan hidupku dalam tragedi itu, dan dialah wanita yang selama ini aku cari2, sekaligus jawaban atas pertanyaanmu pada obrolan pagi ini"

Surjat pun tidak melewatkan kesempatan ini, dengan segera ia bersiap siap menyeberang jalan mendatangi bangunan yang dilalap api.

"Surjattt awaaassssss....!!!"
Teriak Evelyn dengan histerisss.

Braaakkkk....!!!
Suara mobil yang melintas menyerempet Surjat yang saat itu sedang menyebrang.

**


Pagi itu suasana salah satu komplek perumahan di kota Kediri gerimis, sekitar pukul delapan pagi para warga sudah pulang dari pemakaman dan kembali ke rumah masing-masing untuk melanjutkan aktifat mereka, karangan bunga ungkapan bela sungkawa nampak tersandar di pagar rumah duka.
" Selamat tinggal nak Surjat.., mohon maaf jika selama menjadi tetangga ada tutur kata dan tingkah laku ibu yang kurang berkenan, Terima kasih ya atas bantuannya, mohon maaf uda banyak ngerepoti nak Surjat selama proses pemakaman, mohon maaf pula jika  selama ini bapak punya salah, besok ibu mau pindah ke Sumatera kembali ke kampung halaman ibu di Balige, semoga nak Surjat lekas menemukan jodoh biar ada yang bikinin sarapan tiap pagi "

"Aamiin.., sama sama bu,  gak apa-apa bu, kalo bu Geoltom perlu bantuan, ibu tidak usa sungkan sungkan, langsung saja telpon saya, dan juga kabar-kabar ya bu kalau sudah sampai Balige, mari permisi bu, saya mau masuk rumah dulu"
Jawab Surjat ke Bu Goeltom tetangga samping rumahnya. Semalam suaminya tiba-tiba terkena serangan jantung yang mengakibatkan kematiannya.

Hari ini Surjat mengambil cuti besar selama satu bulan, dia ingin melepaskan diri sejenak dari hiruk pikuk pekerjaan yang membelenggunya. Ia ingin merasakan menjalani hidup sebagai manusia normal.  Bisa ikut melayat ketika ada tetangganya yang meninggal, bisa partisipasi ketika komplek perumahaannya mengadakan kerja bakti, atau sekedar nongkrong di warung pojok gang komplek perumahaan bersama tetangga tentangga sekitar, sebab pekerjaan yang ia geluti menuntut ia menjadi " manusia robot" yang tidak mengenal waktu siang atau malam.

Tiba-tiba ingatannya kembali tertuju kepada Chasna, dua minggu yang lalu hampir saja dia menemukan cewek yang sudah sekian lama ia cari, tapi tiba-tiba kecelakan membuyarkan semuanya, syukurlah kecelakaan tersebut tidak mengakibatkan luka parah hanya sedikit lecet-lecet di beberapa bagian tubuhnya, saat Surjat terserempet mobil di Montague Road ia langsung tak sadarkan diri, Evelyn begitu panik dan histeris dan langsung melarikan Surjat ke rumah sakit. Beruntung tugas FAT dari kantor masih bisa terselesaikan dengan baik.

Kini perasaan Surjat mulai dilanda kebimbangan, dua kali bertemu Chasna selalu terjadi pada saat momen terjadinya musibah, apa ini suatu pertanda buruk, belum lagi ia sendiri juga tidak tahu apakah Chasna sudah berkeluarga atau belum. Terus sampai kapan ia tetap begini. Benar apa yang dikatakan bu Goeltom, memang perlu ada wanita yang membuatkan ia sarapan pagi, yang membukakan pintu rumah disaat ia letih sepulang dari kerja.
Mungkinkah sekarang waktunya bagi dia membuka hatinya untuk wanita lain.
Ia beranjak dari dari tempat duduknya untuk mengambil handphone dan hendak menghubungi dokter Franda, Dokter cantik yang bekerja di RS Babtis itu belakangan memang sangat perhatian denganya.

"Ting Tong..., Ting Tong..."
Tiba - tiba suara bel rumah Surjat berbunyi..
Dilihatnya tampak seorang petugas ekspedisi yang berdiri di depan pintu.

" Pagi pak, ada kiriman paketan buat pak Surjat "

" iya pak dengan saya sendiri" jawab Surjat. "Kiriman paketan dari mana ya pak?, perasaan saya gak belanja online belakangan ini"

"Wahh kurang tahu pak, bapak bisa cek nanti, yang penting saya sudah mengantarkan kiriman sesuai dengan alamat yang tertera"

" oh ya pak, Terima kasih " jawab Surjat. sejurus kemudian petugas pengantar paketan itu pergi.

Ketika Surjat melihat nama pengirim paketan tersebut, hatinya langsung tersentak kaget, seakan-akan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Untung saja jantungnya buatan Tuhan, kalo saja hasil sambungan Las anak-anak fresh graduate yang belajar mengelas 6G di Departemen yang dipimpinnya pasti udah copot.

"Atresia Chasna Lembayun"

Dengan perasaan berdebar-debar dibukanya isi paketan tersebut. didalamnya terdapat lukisan Gunung Tangkupan Perahu dengan Tulisan "Tanpa Lilin" yang dilukis diatas batu marmer berukuran kecil, lukisan ini adalah hadiah dari Surjat kepada Chasna waktu ia liburan ke Bandung dulu.
"Tanpa Lilin"
Huuuuffhhh.. Surjat menghela nafas panjang,
Sebuah ungkapan yang populer di masa Leonardo Davinci dan Michelangelo saat zaman Renaissance dahulu. Sebuah kata yang mudah diucapkan, tapi sangat sulit untuk menjalaninya, baik dalam melakukan pekerjaan maupun saat menjalani kehidupan sehari hari.

Surjat pun beralih ke sepucuk kertas yang ada di samping lukisan itu, dengan perlahan-lahan ia membacanya.

"Asalamualakum..
Hei Surjat Nelson Wilantara , apa kabar?,
Lama ya gak ketemu, ngomong2 aku gak nyangka lho kalo kamu itu sampai sekarang masih awet single, pasti kamu gak laku-laku ya..? Hehe...
Aku tahu selain sepak bola, dulu kamu juga memiliki hoby  memanah, bahkan kalo diasah dengan rajin gak menutup kemungkinan akurasi memanah kamu bisa sama seperti idola Kamu Sa'ad bin Abi Waqqas. tapi kalo urusan memanah cewek kliatannya kamu masih perlu belajar banyak. :-p
Dua hari yang lalu aku ketemu Evelyn, ia cerita banyak tentang kamu, termasuk alamat rumahmu, ngomong2 gak biasanya kamu cerita kehidupanmu ke cewek? Awass lho kalo kamu sampek naksir.

Anu.., Ehmm..
Sebenarnya aku juga masih single (malu, sambil menutup wajah pake bantal), kalo kamu mau nepati sumpah kamu yang dulu, buruan lamar aku, entar kalo keburu diambil orang kamu nyesel lho, hubungi aku dinomor ini
 +6143101.19.01
Wasalamualaikum wr.wb."

Senyum bahagia seketika menghiasi wajah Surjat, penantian panjang yang selama ini ditunggu-tunggu ternyata tidak sia-sia. Dan satu hal yang membuat ia semakin bahagia sekaligus tersanjung adalah cara Chasna menulis nomor telpon, meski tanpa bantuan Prof Robert Langdon atau Susan Fletcher sicewek genius ber IQ 170 dengan alat Translatr milik NSA untuk memecahkan maksut penulisannya, Surjat tahu, empat angka terakhir itu adalah tanggal dan bulan kelahirannya.
THE END.

(Cerpen fiksi, Referensi, inspirasi dan gambar diambil dari internet)

Jumat, 24 Juli 2015

Cerpen.. Bukan Lintang Laskar Pelangi

Al kisah.... 

Pada suatu hari saya  berencana untuk melakukan bimbingan skripsi di kampus saya. Pada saat perjalanan pulang tepatnya memasuki kecamatan Pujon, terdapat antrian karnaval yang sangaaaat panjang sehingga mengakibatkan jalanan macet total!. bener-bener macet totalll...!!!. Hal ini ditandai dengan tidak beranjaknya roda kendaraan saya hingga lima belas menit waktu berselang, padahal saat itu saya sedang mengendarai kendaraan roda dua.

Sebagai seorang yang sudah terlatih responsive dalam berbagai keadaan, akhirnya muncullah ide dari otak saya yang brllian ini untuk mencari jalan pintas atau yang biasa disebut dengan jalan tikus agar lekas terhindar dari kubangan macet yang mana taraf kemacetannya sudah mengalahkan daerah-daerah di Jakarta macam Grogol dan Bundaran HI. Lebih-lebih saat itu saya lihat ada 4 pengendara lain di depan saya yang juga putar haluan lewat jalan tikus, saya pun tambah terlecut semangat saya. Hati saya akhirnya bisa berteriak “Akhirnyaaaaa…. aku akan lepas dari kemacetan ini”.

Saya tidak menyangka ternyata bagian terdalam kota Pujon rupanya memiliki panorama alam yang sangat indah sekali, meskipun Pujon merupakan jalan yang selalu saya lintasi pada saat pulang- pergi kuliah, tapi belum pernah sekalipun saya masuk ke bagian terdalamnya. Udara yang sejuk, air yang mengalir jernih, tanah yang subur serta suara kicauan burung yang saling bersautan ikut menggenapkan keindahan yang ada di tempat itu. Di samping kanan kiri jalan yang saya lalui terhampar sawah penduduk yang tertata rapi dengan pemandangan gunung Panderman yang tampak gagah menjulang membuat perjalanan terasa sangat asyik, saya melihat ke empat pengendara di depan saya juga merasakan hal yang sama, mereka tampak mengendarai kendaraan dengan santai sambil bercengkrama, rupanya mereka sudah saling kenal satu sama lainnya. Saya sengaja menjaga posisi saya agar tetap di belakang mereka dan tidak mendahului karena saya tidak mau jauh dari ke empat pengendara tsb, sebab jalan-jalan yang saya lewati sudah terasa asing sekali bagi saya, apalagi sejak meninggalkan lokasi kemacetan tadi saya sudah melalui banyak sekali tikungan-tikungan dan percabangan jalan, sehingga kalaupun mau balik lagi saya sudah tidak hafal jalurnya. Lebih2 saya belum punya hp canggih yg ada fasilitas macam GPS, Google eart, Wikimappia ato aplikasi2 seduluran nya. 

Lama saya memacu kendaraan saya, sedikit demi sedikit mulai Nampak kecemasan yang menggelayuti perasaan saya, Saya mulai berpikir ke mana gerangan tembusnya jalan ini nanti, sebab kota Pujon secara geografis di sebelah timur berbatasan dengan Kota Batu, sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Ngantang, sedangkan sebelah utara berbatasan dengan Mojokerto. Waktu memasuki jalan tikus pertama kali, Saya tadi mengambil arah utara, namun dalam perjalanannya banyak sekali belokan-belokanyang saya lalaui sehingga sekarang sudah tidak jelas lagi ke arah mana perjalanan saya ini.  Dulu saya memang pernah menitipkan hewan ternak sapi saya di daerah utara pemandian Dewi Sri desanya namanya apa saya sendiri sudah lupa, dearahnya menanjak dan berkelok-kelok . saya sering ke daerah tersebut dengan rekan saya entah itu hanya sekedar liat kondisi sapi atau sekedar bermain, tapi anehnya daerah tersebut tidak saya jumpai. Lantas pertanyaannya di mana posisi saya saat ini? Kecemasan saya mulai menjadi-jadi tatkala indicator bensin saya sudah menunjuk warna merah tanda bensin dalam tangki akan segera memasuki musim kemarau alias akan segera habis. Saya pun memutuskan untuk berpisah dari ke empat pengendara di depan saya yang keliatannya juga mulai bingung dan memilih mencari jalan sendiri.

Mentari sudah hendak menyelinap ke peraduannya ketika saya mulai melaju untuk pulang. Lelah dan lapar pun menyerang tak terperi. Sementara saya pribadi bukan tipikal orang yang suka dan bisa menahan lapar. Bila lapar menyerang dan tak segera tersalurkan maka badan saya akan gemetaran, terutama tangan, istilah medisnya tremor. Secara Biologis, proses rasa lapar dimulai ketika asupan glukosa ke otak kurang sehingga otakpun mengirimkan sinyal rasa lapar. Apabila rasa lapar saya tak segera direspon maka berbagai gejala seperti gementar, keringat dingin dan kadang kala pusingpun ikut menyerang.
Sungguh ironi... Jika Lintang dalam serial Laskar Pelangi untuk menempuh sekolah setiap hari mesti harus mengayuh sepeda " Onthel" hingga 80 km. Melewati hutan, rawa2 bahkan sampai dihadang buaya dalam perjalanan, itu memang Di karenakan kondisinya memang tidak menawarkan pilihan lain.... Lha kalo yang saya alami ini beda, walaupun sama sama menerobos hutan- hutan, tapi itu semua saya lakukan karena ketidak tahuan saya.


 Akhirnya setelah melaui berbagai perjuangan dan Tanya sana sini saya pun menemukan jalan Raya Pujon yang sudah saya kenali dan yang saya lewati tiap pulang-pergi kuliah. Dan lucunya jalan tembusannya lokasinya lebih kurang 500 meter di depan dari jalan yang saya memutuskan melewati jalan tikus tadi. He he..☻