Jadi inget waktu Kuliah Dulu hehe..., sekedar me refresh pelajaran mata kuliah dulu, biar otak gak bebal-bebal amat. and biar duit yg uda dikeluarin buat Kuliah dulu ada manfaatnya, ya minimal paham tentang pelajaran kuliah. gak paham semuanya ya dikit2 juga gak pa2, hehe.. ngeles.
okey langsung aja tancap gas..
Sejarah Rekayasa nilai
Istilah value engineering dan value management walaupun sering diartikan
sama, tetepi sebenarnya ada sedikit perbedaan. Untuk memahami pengertian kedua
istilah tersebut, kita mesti melihat kembali sejarah awal mulanya metode ini.
Brian R. Norton dan William C. McElligot dalam bukunya “Value Managemen in
Contruction” menjelaskan bahwa sejarah awal mula metode value managemen berasal
dari perusahaan General Electric ketika terjadi perang dunia ke-2 pada waktu
itu, akibat perang, perusahaan kekurangan stock material dan perusahaan
dituntut untuk dapat mencari bahan penggantinya untuk menghasilkan produk
mereka. Mr, Larry Miles, seorang insinyur elektrik di divisi pengadaan general elektrik
menemukan bahwa untuk menghasilkan produk yang sama dengan kualitas yang sama,
ternyata bisa digunakan material lain yang lebih murah. Untuk mendapatkan
material alternatif yang lebih murah ini, Mr.Miles menganalisis fungsi setiap
material dan ternyata ada material-material yangvmempunyai fungsi sama tetapi
harganya berbeda. Fungsi material adalah nilai
( Value) material tersebut.
Berdasarkan hasil pemikirannya tentang analisis
fungsi tersebut, pada tahun 1974 Mr.Miles mengembangkan suatu produk yang
disebut sebagai value analysis.
Pada tahun 1954, metode value analysis diterapkan di Navy Bureau of Ship
(NBS) Amerika, sementara General Elektrik menerapkan metode value analysis pada
produk yang sudah ada, NBS menerapkan metode analisis fungsi ini pada tahap
mendesain suatu produk ( engineering stage), dengan kata lain analisis fungsi
dilakukan ketika produk belum eksi. Metode ini kemudian dikenal sebagai value
engineering.
Value engineering terus berkembang penggunaannya ke segala sektor, sehingga
pada tahun 1958 terbentuklah asosiasi praktisi value engineering yang diberi
nama SAVE ( SOSIETY OF AMERICAN VALUE
ENGINEERS).
Pada awal tahun 1960-an, value engineering mulai diaplikasikan pada indutri
kontruksi. Ketika itu para kontraktor dituntut untuk menurunkan biaya proyek
tanpa mengurangi kualitas dan fungsi produk kontruksinya. Untuk mengatasi hal
tersebut, para kontraktor dan kliennya mulai mengaplikasiakan value engineering
ketika mendesain produk kontruksi.
Dekade berikutnya, banyak organisasi atau institusi yang menerapkan metode
value engineering pada tahap awal suatu perencanaan sebuah produk atau jasa
yang kemudian dikenal sebagai value planning.
Setelah value planning, value engineering dan value analisis, lahirlah
istilah value management, dimana value planning dilakukan pada tahap awal
perencanaan, value engineering dilakukan pada tahap awal mendesain, value
analisis dilakukan setelah produk eksis dan value management merupakan istilah
yang dapat digunakan untuk ketiga metode tersebut. Untuk selanjutnya penulis
dalam tulisan ini menggunakan istilah value engineering karena analisis fungsi
yang dilakukan ada tahap pembuatan gambar desain.
Walaupun pada akhirnya dapat mengurangi biaya, tetapi tujuan sebenarnya
metode value management adalah untuk mendapatkan nilai manfaat atau hasil
maksimal suatu produk atau jasa dari anggaran yang sudah disediakan atau
untukmendapatkan the value for money.
Definisi rekayasa nilai
Terdapat beberapa devinisi tentang
rekayasa nilai antara lain :
2.2.1 Menurut lawrence D.Miles
Rekayasa nilai adalah suatu pendekatan
yang bersifat kreatif dan sistematik dengan tujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan biaya-biaya yang tidak diperlukan.
2.2.2 Menurut Sosiety of America Value
Engineering
Rekayasa nilai
adalah suatu teknik yang diterapkan secara sistematis untuk menentukan suatu
fungsi produk dan jasa, menentukan moneter dan fungsi tersebut serta
memenuhinya dengan total biaya minimum.
2.2.3 Menurut
Zimmermand dan Heart
Rekayasa nilai
adalah suatu teknik manajemen yang menggunakan pendekatan sistematis untuk
mencapai keseimbangan fungsional terbaik antara biaya, keandalan dan penampilan
dari suatu sistem atau produk.
2.2.4 Menurut
Heller
Rekayasa nilai
adalah penerapan sistematis dari sejumlah teknik untuk mengidentifikasikan
fungsi-fungsi suatu benda atau jasa dengan memberi nilai terhadap masing-masing
fungsi yang ada serta mengembangkan sejumlah alternatif yang memungkinkan
tercapainya fungsi tersebut dengan biaya total minimum.
Dari definisi diatas terlihat bahwa rekayasa nilai menggunakan suatu
pendekatan sistematis untuk mendefinisikan fungsi-fungsi yang diinginkan dalam
merancang sistem, produk atau jasa, mengukur performansi yang dihasilkan akan
sama atau mendekati performansi yang diinginkan pemakai dengan pertimbangan
biaya yang optimal.
Rencana Kerja Rekayasa Nilai
Rencana
kerja rekayasa nilai merupakan kerangka dimana teknik-teknik rekayasa nilai
saling terkait satu sama lain. Keterkaitan ini dapat dikelompokkan beberapa
tahap, dimana pada masing-masing tahap dapat diterapkan teknik-teknik yang
berbeda secara fleksibel sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Agar proses
perencanaan rekayasa nilai lebih efisien, maka suati tahap dapat saja diulangi
beberapa kali sampai didapatkan hasil yang diingginkan.
Rencana kerja rekayasa nilai terdiri
atas lima tahap
yaitu standart five phase job plan yang terdiri dari
1.
Tahap
informasi ( informasi phase)
2.
Tahap
kreatifitas (creative phase)
3.
Tahap
analisis ( judgement phase)
4.
Tahap
pengembangan (development phase)
5.
Tahap
rekomendasi ( recommendation phase)
Yang masing-masing tahap memiliki
tujuan tersendiri, akan tetapi walaupun terpisah dalam lima langkah yang berbeda, masing-masing
tahap ini saling berkaitan dan tidak menuntut kemungkinan jika telah sampai
pada suatu tahap diperlukan untuk kembali ke tahap sebelumnya.
2.3.1 Tahap informasi
Tujuan tahap ini adalah untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi dan
pengetahuan tentang rancangan produk, seperti :
a.
Asumsi-asumsi rancangan,
b.
Batasan- batasan produk,
c.
Kepekaan-kepekaan terhadap biaya,
d.
Pengoperasian produk
Kualitas dan kelengkapan informasi yang disediakan oleh pemakai dan
perancang secara langsungmempengaruhi kualitas kajian nilai. Informasi yang diperlukan
untuk kajian nilai yang berbeda untuk setiap produk, namun secara umum dapat
ditulis antara lain :
a.
Kriteria rancangan (kebutuhan pemakai)
b.
Elemen- elemen rancangan
c.
Batasan – batasan yang telah ditetapkan pada produk
d.
Perhitungan-perhitungan rancangan
e.
Orang yang dapat dihubungi untuk mendapatkan informasi
f.
Buku-buku atau referensi yang digunakan sebagai informasi
g.
Fungsi yang dibutuhkan
h.
Kriteria-kriteria yang dipakaiuntung menghitung kinerja
Teknik-teknik yang dipilih harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a.
Sederhana
b.
Waktu pelaksanaan singkat
c.
Waktu mempelajari singkat
d.
Informasi banyak dan luas