Sabtu, 17 Agustus 2013

LEBARAN DI KAMPUNG HALAMAN DUSUN DROKIYO, DESA PASI, KEC GLAGAH, LAMONGAN

     1syawal 1431H merupakan lebaran yang sangat berkesan buatku. Because pada moment lebaran kali ini untuk pertama kalinya sejak aku married aku merayakan lebaran di kampung halamanku. yaa..Drokiyo..!!, suatu desa terpencil di pedalaman desa Pasi, kec Glagah, kab Lamongan yang sarat akan History masa kecil saya.
bisa dibilang kampung tempatku menetas ( wikikkk kayak telur aja...  :) ), kampung tempatku menjalar tumbuh tinggi ( halla.. ini malah kayak tanaman ketela aja...  ). yang jelas intinya hari itu sangat berkesan banget buatku,  Aku menetapkan hari itu sebagai salah satu moment  indah dalam lembaran hidupku, bahkan seandainya aku menjadi kepala pemerintahan akan aku tetapkan hari itu sebagai hari libur nasional, ( gak usa gtu tiap lebaran emang uda libur kaleee..) dan istriku yang sudah sanggup mendobrak kebiasaan lama di kampung halamannya dan bersedia merayakan hari pertama lebaran di kampung halamanku akan aku anugerahi "Bintang Jasa Utama" biar sejajar dengan Roehanna Koeddoes, Abdurrahman Wahid ato Ir Djiteng Marsudi. (penyakit alayy... bin lebayyy.. nya kambuh .. peace )

   Mulai dari datang menginjak lantai rumah, membagi zakat mal, sampai ziarah sambang ke makam nenek semuanya terasa sangat emosional, lebih-lebih saat melihat  Radu anakku yg baru berumur 2.5 tahun ikut takbiran di masjid atau saat sungkem ke ortu bareng saudara, suasananya  sangat haru dan menyentuh, benar-benar tak terlukiskan.

    Moment  lain yang tak kalah harunya yaitu ketika aku hendak pamit balik ke Rumah pihak istri di Bojonegoro, Bu Lekku seperti biasanya berencana membawakan oleh-oleh buatku berupa adu mongso, Getasan dan jajan2 lain khas lebaran yang sengaja ia buat sendiri, namun dengan lembut aku menolaknya karena aku yakin nanti gak akan kemakan, iapun bisa menerimanya, demikian juga ketika orang tuaku mau "nyangoni" atau kasih oleh2 jajan lebaran, dengan lembut pula aku menolaknya dan dia pun juga bisa menerimanya, namun tidak demikian dengan udang vanami yang ada di meja makan. yappp.... seperti sudah menjadi sebuah budaya, setiap kali anakku pulang mudik, Mbah kung dan Pak De nya selalu mencarikan ikan dan udang di tambak, demikian juga dengan hari itu,  sore sebelum malam takbiran orangtuaku mencarikan udang  ditambak, tentu saja niat awalnya menangkap udang buat cucu kesayangannya, namun dikarenakan hari itu banyak bgt kue lebaran dan anakku tak henti-hentinya makan kue tersebut sehingga setelah sholat Id selesai dan... bim salabimmmm... tarrrraaaa...., menu udang siap di santap... !!! namun apa yang terjadi..??? sepertinya usaha orang tuaku bertepuk sebelah tangan, sungguh kasian, tak satupun udang yang disajikan di makan oleh anakku. Aku yang melihat kejadian ini jadi merasa iba, akhirnya aku santap sendiri hingga tersisa empat ekor. Nahhh... udang empat ekor inilah yang oleh ortuku bersikeras memohon agar aku mau membawanya buat oleh2 biar nanti bisa di maem cucunya. ya tentu saja aku menolak, lha wong gak "memper" blass..., bayangkan saja cuma empat ekor, sekali lagi saya ulangi, cuma empat ekor... !!!   Jika anda melambaikan tangan kanan anda dan salah satu jarinya ditekuk entah itu jari kelingking atau jari manisnya kemudian sisa jari yang lainya digunakan untuk melambai  itulah gambaran jumlah angka empat, sangat sedikit untuk ukuran oleh-oleh udang.        beda kalau anda punya mobil Toyota Rush empat buah, atau Rumah type 70 empat buah itu lain lagi. lha ini udang cuma empat disuruh bawa buat oleh2.

     Namun setelah melalui perjuangan dan rayuan yang amat panjang akhirnya usaha orangtua ku membuahkan hasil, aku yang dikenal teguh dalam berpendirian hari itu luluh juga lantaran tak tahan melihat orangtuaku memohon, akupun  bersedia membawa udang tersebut buat oleh2 cucunya. Ibuku langsung senang banget, kemudian beliau mencari plastik dan memasukkan udang tersebut kedalam plastik tsb selanjutnya udang dimasukkan ke dalam kantong jaketku.

     Sebenarnya agak "tengsin" juga aku membawa udang tersebut, apalagi sebelum ke Bojonegoro aku mesti mampir sowan dulu ke rumah Mbah dan Pak De dari pihak Bapak, aku gak bisa bayangin seandainya nanti di rumah Pak De hawanya panas trus aku melepas jaket tiba-tiba udangnya jatuh, atau yang lebih ngeri lagi, pas pulang jaketku ketinggalan kemudian jaket di amankan pak De,  pada saat ambil jaket pegang udang yang ada d saku, hi sereeeeemmmm bisa aku dikira abis ngutil, ato kalo gak gtu bisa dikira kemaruk ma makanan.

       Perjalanan menuju Bojonegoro terasa sangat panas dan melelahkan, maklum pas hari raya, jalan raya lagi padat2nya, apalagi waktu itu aku menggunakan motor setelah mobilku aku jual, tapi Alhamdulillah aku tiba dengan selamat dan disambut hangat oleh keluarga di Bojonegoro. akupun juga menyempatkan bersilaturrahmi ke tetangga-tetangga sebelah rumah, juga ke rumah nenek dari pihak istri, untuk kemudian terus istirahat tidur karena memang badan ini sudah lelah.

       Keesokan harinya giliran mau berangkat piket lebaran di tempat kerja rasanya malaaaas banget, mau berangkat itu rasanya berat banget, lebih-lebih bayangin perjalanan ke tempat kerjaku, Bojonegoro - Malang pas hari raya, aduuuhhh rasanya kok berat banget, ibarat di suruh berangkat mandi di musim hujan yang  dingin banget tapi pas dini hari jam 00.00 Wib, uda gitu mandinya di daerah Pujon Malang yang terkenal dingin. dulu aja pas aku punya ternak sapi disana yang aku titipin di salah satu warga, kebetulan main kesana pas waktu sholat magrib, aku di ajak sholat, giliran waktu wudhu ya ampuun.., aire dinginnya minta ampun. padahal itu masih magrib, gimana kalo malam jam 00.00Wib, mungkin seperti masuk kulkas. yang jelas intinya berangkat piket kerja waktu itu rasanya itu beraat banget, namun karena sudah menjadi tanggung jawab profesi, maka akupun melaksanakannya. (dengan agak berat hati tentunya... )

      Sesampainya ditempat kerja, tugasku hanyalah memantau unit pembangkit listrik sambil sesekali kirim laporan ke kantor pusat via email, hal itu aku lakukan sampai jam piket selesaio yaitu pukul 21.30. baru setelah pukul 21.30 aku langsung pulang menuju kontrakkkan untuk beristirahat.
      Entah mengapa malam itu aku tidak bisa memejamkankan mata sama sekali , setelah menikmati moment lebaran bersama saudara-saudara, bisa berkumpul dengan teman sepermainan waktu kecil, kemudian balik berangkat kerja lagi, rasanya kok sepi banget, lebih-lebih keberangkatanku kali ini seorang diri, anak istriku aku tinggal di Bojonegoro, ahhh... sungguh lebaran kali ini rasanya singkat sekali. belum apa-apa aku sudah rindu pada mereka semuanya. Di tengah kesepian itu aku hendak merapikan jaketku yang tergeletak di kursi, namun pada saat mengambil jaket tersebut tiba-tiba hati ini tak kuasa menahan rasa haru yang sangat dalam, hatiku bergetar kencang waktu memegang sebuah plastik yang di dalamnya berisi udang yang sudah matang  berjumlah empat ekor. sungguh ada rasa bersalah dalam hati, aku jadi teringat bagaimana orang tuaku memohon agar udang tersebut aku bawa, tentu saja harapan mereka biar udang tersebut bisa di makan cucunya. akan tetapi, aku lupa memberikannya... Astagfirullah...

Tidak ada komentar: